Bulan Mei dan Oktober senantiasa identik dengan
Maria, Bunda Yesus Kristus yang terberkati, dikandung tanpa dosa dan diangkat
ke surga dengan raganya yang tetap murni. Penghormatan kepada Bunda Maria pada dasarnya sudah
ada sejak zaman Gereja Perdana. Namun, karena suasana penganiayaan dan
perlawanan yang kuat terhadap penyebaran agama Kristen pada masa itu tidak
memungkinkan umat Gereja Perdana untuk memberikan penghormatan seperti yang
kita adakan dewasa ini. Namun, bagaimanapun juga, penghormatan kepada Bunda
Maria sudah ada dalam liturgi, bahkan sejak sebelum Konsili Efesus (tahun 421).
Karena Bunda Maria sedemikian
dihormati oleh Gereja sehingga sangat banyak gelar-gelar dan sebutan-sebutan
yang diberikan bagi Bunda Maria untuk menghormati peranannya dalam Gereja
sebagai persekutuan umat beriman.
Kenapa Maria diberikan
gelar-gelar tertentu?
Tentu saja karena
peranan Bunda Maria sendiri dalam Gereja. Pertama, Maria dipilih Tuhan secara
istimewa untuk menjadi Bunda Tuhan Yesus Kristus juru selamat manusia.
Pemilihan yang istimewa ini sangat dirasakan akibatnya yang membahagiakan oleh
Gereja sepanjang masa. Kedua, seperti yang dijelaskan oleh Lumen Gentium No.62,
keibuan Maria dalam tata rahmat berlangsung terus tanpa putus, mulai dari
persetujuan yang diberikannya dengan setia pada saat menerima kabar gembira
dari malaikat Gabriel dan yang dipertahankannya tanpa ragu sampai di kaki salib
sampai kepada kesempurnaan abadi semua orang beriman. Karena setelah diangkat
ke surga, Maria tidak meninggalkan tugas ini, melainkan melanjutkannya melalui
peraantaraan limpah dengan memberikan kita anugerah keselamatan abadi. Hal itu
menunjukkan bahwa peran Maria dalam tata penyelamatan tetap aktual sepanjang
sejarah Gereja tanpa terhenti oleh hilangnya Maria secara fisik dari panggung
sejarah dunia. Karena itu Maria sungguh melebihi segala makluk di surga maupun
di bumi, dan keunggulan ini sekaligus menjadi alasan bagi umat beriman untuk
memuji, mencinta khusus, mengagumi dan menghormati Maria sambil meneladani dan memohon
bantuan pengantaraan doanya pada Allah.
Kita tentu saja familiar dengan gelar-gelar yang umum, seperti Perawan
yang Terberkati dan Bunda Allah, ada berapa banyak sebetulnya gelar-gelar
Maria?
Sebuah sumber menyebut ada 117 gelar-gelar Maria, tetapi tentu saja kita
tidak dapat membahasnya satu-per-satu pada kesempatan ini. Kita akan mambahas
gelar-gelar yang utama, dan bagaimana gelar-gelar Maria dilihat dalam beberapa
pengelompokkan.
Bagaimana mengelompokkannya?
Katekismus Gereja Katolik artikel 969 dan
Konstitusi Dogmatis tentang Gereja (Lumen Gentium) mengajarkan ada 4 gelar
utama Maria dalam kedudukannya sebagai pengacara (advocata), pembantu
(ajutrix), penolong (auxiliatrix), dan perantara (mediatrix) (LG 62). Tapi berdasarkan
sifat gelarnya sendiri, gelar Maria dikelompokan menjad 3 yaitu :
Gelar-gelar Maria karena dogma Gereja
Gelar Maria yang bersifat doktrinal adalah
gelar-gelar Maria yang secara dogmatis penting bagi Gereja. Gelar-gelar Maria
yang bersifat doktrinal ini misalnya Maria Bunda Allah, Maria Perawan Yang
Terberkati, Maria Yang Dikandung Tanpa Dosa atau Bunda Gereja adalah contohnya.
Maria Bunda Allah dalam bahasa
Yunani disebut Theotokos adalah gelar Maria yang sangat penting bagi Gereja.
Gelar ini didasarkan pada panggilan Elizabeth kepada Maria dalam Injil Lukas
1:43. Gelar ini resmi disandangkan pada tahun pada Konsili Efesus tahun 431.
Pada tahun-tahun tersebut berkembang ajaran oleh Nestorius dari Konstantinopel
yang memandang bahwa Maria hanya membawa tubuh Yesus sebagai manusia, dan bukan
sekaligus keilahianNya. Gelar Maria Bunda Allah membawa implikasi teologis
bahwa Yesus adalah sungguh-sungguh manusia dan sungguh-sungguh Allah sejak
pertama Ia dikandung oleh Maria dan dengan demikian gelar itu sekaligus
mematahkan ajaran Nestorius dan menyatakan bahwa Nestorianisme adalah sesat. Maria Bunda Allah dirayakan Gereja Katolik
dalam pesta setiap setiap tanggal 1 Januari.
Selanjutnya kita juga terbiasa dengan sebutan
”Perawan Maria”. Walaupun sangat biasa kita dengar, gelar ini juga memiliki
dasar dogmatis yang berasal dari Gereja awal, bahwa Maria tetap perawan
sebelum, saat dan sesudah melahirkan Yesus. Hal ini juga berasal dari kutipan
ucapan Maria seperti tercatat dalam Injil Lukas 1:34. Ajaran ini berasal dari
ajaran Ignatius dari Antiokia, Ambrosius dari Milan dan Agustinus dari Hippo
dan akhirnya menjadi ajaran resmi Gereja sejak Sinode Lateran tahun 649.
Selain itu ada sebuah gelar Maria Yang Dikandung
Tanpa Dosa atau Immaculata. Gelar ini diberikan bahwa karena kesuciannya untuk
mengandung Tuhan, Maria dikecualikan dari dosa asal sejak Maria berada dalam
kandungan ibunya.
Akhirnya, sebuah gelar dogmatis terpenting adalah
Yang Diangkat Ke Surga atau Maria Assumpta. Gelar ini mengikuti gelar Yang
Dikandung Tanpa Dosa dan kepercayaan turun temurun bahwa Maria sungguh-sungguh
dikecualikan dari manusia biasa oleh Allah. Kepadanya telah diberikan kepenuhan
rahmat hidup tanpa dosa dan pada akhirnya saat paripurna hidupnya ia diberi
rahmat terakhir yaitu jiwa dan raganya diangkat ke surga.
Gelar-gelar Maria yang bersifat devosi?
Gelar Maria yang bersifat devosi adalah
gelar-gelar yang bersifat puitis atau alegori. Banyak dari gelar-gelar ini yang
berasal dari Kitab Suci, seperti Tabut Perjanjian, Menara Gading, Benteng Daud,
Bintang Timur, Bintang Samudera.
“Benteng Daud”
adalah benteng yang berdiri menyolok dan kokoh di puncak tertinggi pegunungan
yang mengelilingi Yerusalem. Benteng
yang demikian merupakan sarana pertahanan kota. Dengan benteng itu, peringatan
akan dapat segera disampaikan apabila musuh datang menyerang. Maria
diperbandingkan dengan Benteng Daud karena kesuciannya, karena ia dikenal
sebagai yang penuh rahmat dan karena ia dikandung tanpa dosa. Dengan doa-doa
dan teladannya, Maria merupakan bagian dari “sarana pertahanan” Tuhan dengan
mana Kerajaan Allah akan berdiri tegak tak terkalahkan dan dosa akan senantiasa
dikalahkan (bdk Kid 4:4).
Maria disebut “Benteng Gading”. Gelar ini juga
digunakan dalam Kidung Agung (Kid 7:4) yang menggambarkan pengantin terkasih.
(Ungkapan serupa, “Istana Gading” digunakan dalam Mazmur 45:9, untuk alasan
yang sama). Kedua ilustrasi tersebut menubuatkan hubungan perkawinan antara
Kristus dan pengantin-Nya, Gereja, seperti disampaikan dalan Surat Rasul Paulus
kepada Jemaat di Efesus.
Gelar “Tabut Perjanjian” mengangkat peran keibuan
Maria. Perlu diingat bahwa dalam Perjanjian Lama, Tabut Perjanjian adalah rumah
bagi Sepuluh Perintah Allah, Hukum Tuhan. Sementara bangsa Israel dalam
pengembaraan menuju tanah terjanji, suatu tiang awan, yang melambangkan
kehadiran Allah, akan turun atas atau “menaungi” kemah di mana Tabut disimpan.
Yesus datang untuk menggenapi perjanjian dan hukum. Dalam kisah Kabar Sukacita,
perkataan Malaikat Agung Gabriel kepada Maria, “Roh Kudus akan turun atasmu dan
kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau,” (Luk 1:35) menyatakan
gagasan yang sama. Karena itu, Maria yang memberi “rumah” Yesus dalam rahimnya;
adalah “Tabut” baru, dan bunda dari pelaksana perjanjian yang sempurna dan kekal.
Bagi kita, Bunda Maria juga melambangkan
pengharapan yang besar. Vatikan II menyatakan, “Sementara itu Bunda Yesus telah
dimuliakan di surga dengan badan dan jiwanya, dan menjadi citra serta awal
Gereja yang harus mencapai kepenuhannya di masa yang akan datang. Begitu pula
di dunia ini ia menyinari Umat Allah yang sedang mengembara sebagai tanda
harapan yang pasti dan penghiburan, sampai tibalah hari Tuhan.” (Lumen Gentium
no. 68). Karena alasan ini Bunda Maria digelari “Bintang Timur”, karena ia melambangkan
orang-orang Kristen yang menang, yaitu mereka yang bertekun dalam iman dan
beroleh bagian dalam kuasa Mesianis Kristus dan menang atas kuasa kegelapan
yaitu dosa dan maut.
Gelar – gelar Maria Karena
Penampakan atau Pengaruh Geografis
Sementara gelar karena penampakan atau geografis
adalah gelar yang diberikan kepada Maria karena kehadirannya di tempat-tempat
tertentu, dan juga penghormatan daerah tertentu kepada Maria yang khusus daerah
tersebut, bukan Gereja Katolik seluruhnya, misalnya Bunda Lourdes, Bunda
Karmel, Bunda La Salette. Di sebuah paroki di Pakem, Yogyakarta ada gelar
’Kitiran Kencana’ bagi Bunda Maria.>>>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar