Senin, 12 Maret 2012

MARIA DAN GELAR – GELARNYA


Bulan Mei dan Oktober senantiasa identik dengan Maria, Bunda Yesus Kristus yang terberkati, dikandung tanpa dosa dan diangkat ke surga dengan raganya yang tetap murni. Penghormatan kepada Bunda Maria pada dasarnya sudah ada sejak zaman Gereja Perdana. Namun, karena suasana penganiayaan dan perlawanan yang kuat terhadap penyebaran agama Kristen pada masa itu tidak memungkinkan umat Gereja Perdana untuk memberikan penghormatan seperti yang kita adakan dewasa ini. Namun, bagaimanapun juga, penghormatan kepada Bunda Maria sudah ada dalam liturgi, bahkan sejak sebelum Konsili Efesus (tahun 421). Karena Bunda Maria sedemikian dihormati oleh Gereja sehingga sangat banyak gelar-gelar dan sebutan-sebutan yang diberikan bagi Bunda Maria untuk menghormati peranannya dalam Gereja sebagai persekutuan umat beriman.  

Kenapa Maria diberikan gelar-gelar tertentu?
            Tentu saja karena peranan Bunda Maria sendiri dalam Gereja. Pertama, Maria dipilih Tuhan secara istimewa untuk menjadi Bunda Tuhan Yesus Kristus juru selamat manusia. Pemilihan yang istimewa ini sangat dirasakan akibatnya yang membahagiakan oleh Gereja sepanjang masa. Kedua, seperti yang dijelaskan oleh Lumen Gentium No.62, keibuan Maria dalam tata rahmat berlangsung terus tanpa putus, mulai dari persetujuan yang diberikannya dengan setia pada saat menerima kabar gembira dari malaikat Gabriel dan yang dipertahankannya tanpa ragu sampai di kaki salib sampai kepada kesempurnaan abadi semua orang beriman. Karena setelah diangkat ke surga, Maria tidak meninggalkan tugas ini, melainkan melanjutkannya melalui peraantaraan limpah dengan memberikan kita anugerah keselamatan abadi. Hal itu menunjukkan bahwa peran Maria dalam tata penyelamatan tetap aktual sepanjang sejarah Gereja tanpa terhenti oleh hilangnya Maria secara fisik dari panggung sejarah dunia. Karena itu Maria sungguh melebihi segala makluk di surga maupun di bumi, dan keunggulan ini sekaligus menjadi alasan bagi umat beriman untuk memuji, mencinta khusus, mengagumi dan menghormati Maria sambil meneladani dan memohon bantuan pengantaraan doanya pada Allah.
Kita tentu saja familiar dengan gelar-gelar yang umum, seperti Perawan yang Terberkati dan Bunda Allah, ada berapa banyak sebetulnya gelar-gelar Maria?
Sebuah sumber menyebut ada 117 gelar-gelar Maria, tetapi tentu saja kita tidak dapat membahasnya satu-per-satu pada kesempatan ini. Kita akan mambahas gelar-gelar yang utama, dan bagaimana gelar-gelar Maria dilihat dalam beberapa pengelompokkan.

Bagaimana mengelompokkannya?
Katekismus Gereja Katolik artikel 969 dan Konstitusi Dogmatis tentang Gereja (Lumen Gentium) mengajarkan ada 4 gelar utama Maria dalam kedudukannya sebagai pengacara (advocata), pembantu (ajutrix), penolong (auxiliatrix), dan perantara (mediatrix) (LG 62). Tapi berdasarkan sifat gelarnya sendiri, gelar Maria dikelompokan menjad 3 yaitu :

Gelar-gelar Maria karena dogma Gereja
Gelar Maria yang bersifat doktrinal adalah gelar-gelar Maria yang secara dogmatis penting bagi Gereja. Gelar-gelar Maria yang bersifat doktrinal ini misalnya Maria Bunda Allah, Maria Perawan Yang Terberkati, Maria Yang Dikandung Tanpa Dosa atau Bunda Gereja adalah contohnya.
Maria Bunda Allah dalam bahasa Yunani disebut Theotokos adalah gelar Maria yang sangat penting bagi Gereja. Gelar ini didasarkan pada panggilan Elizabeth kepada Maria dalam Injil Lukas 1:43. Gelar ini resmi disandangkan pada tahun pada Konsili Efesus tahun 431. Pada tahun-tahun tersebut berkembang ajaran oleh Nestorius dari Konstantinopel yang memandang bahwa Maria hanya membawa tubuh Yesus sebagai manusia, dan bukan sekaligus keilahianNya. Gelar Maria Bunda Allah membawa implikasi teologis bahwa Yesus adalah sungguh-sungguh manusia dan sungguh-sungguh Allah sejak pertama Ia dikandung oleh Maria dan dengan demikian gelar itu sekaligus mematahkan ajaran Nestorius dan menyatakan bahwa Nestorianisme adalah sesat. Maria Bunda Allah dirayakan Gereja Katolik dalam pesta setiap setiap tanggal 1 Januari.
Selanjutnya kita juga terbiasa dengan sebutan ”Perawan Maria”. Walaupun sangat biasa kita dengar, gelar ini juga memiliki dasar dogmatis yang berasal dari Gereja awal, bahwa Maria tetap perawan sebelum, saat dan sesudah melahirkan Yesus. Hal ini juga berasal dari kutipan ucapan Maria seperti tercatat dalam Injil Lukas 1:34. Ajaran ini berasal dari ajaran Ignatius dari Antiokia, Ambrosius dari Milan dan Agustinus dari Hippo dan akhirnya menjadi ajaran resmi Gereja sejak Sinode Lateran tahun 649.
Selain itu ada sebuah gelar Maria Yang Dikandung Tanpa Dosa atau Immaculata. Gelar ini diberikan bahwa karena kesuciannya untuk mengandung Tuhan, Maria dikecualikan dari dosa asal sejak Maria berada dalam kandungan ibunya.
Akhirnya, sebuah gelar dogmatis terpenting adalah Yang Diangkat Ke Surga atau Maria Assumpta. Gelar ini mengikuti gelar Yang Dikandung Tanpa Dosa dan kepercayaan turun temurun bahwa Maria sungguh-sungguh dikecualikan dari manusia biasa oleh Allah. Kepadanya telah diberikan kepenuhan rahmat hidup tanpa dosa dan pada akhirnya saat paripurna hidupnya ia diberi rahmat terakhir yaitu jiwa dan raganya diangkat ke surga.

Gelar-gelar Maria yang bersifat devosi?
Gelar Maria yang bersifat devosi adalah gelar-gelar yang bersifat puitis atau alegori. Banyak dari gelar-gelar ini yang berasal dari Kitab Suci, seperti Tabut Perjanjian, Menara Gading, Benteng Daud, Bintang Timur, Bintang Samudera. 
“Benteng Daud” adalah benteng yang berdiri menyolok dan kokoh di puncak tertinggi pegunungan yang mengelilingi Yerusalem. Benteng yang demikian merupakan sarana pertahanan kota. Dengan benteng itu, peringatan akan dapat segera disampaikan apabila musuh datang menyerang. Maria diperbandingkan dengan Benteng Daud karena kesuciannya, karena ia dikenal sebagai yang penuh rahmat dan karena ia dikandung tanpa dosa. Dengan doa-doa dan teladannya, Maria merupakan bagian dari “sarana pertahanan” Tuhan dengan mana Kerajaan Allah akan berdiri tegak tak terkalahkan dan dosa akan senantiasa dikalahkan (bdk Kid 4:4).
Maria disebut “Benteng Gading”. Gelar ini juga digunakan dalam Kidung Agung (Kid 7:4) yang menggambarkan pengantin terkasih. (Ungkapan serupa, “Istana Gading” digunakan dalam Mazmur 45:9, untuk alasan yang sama). Kedua ilustrasi tersebut menubuatkan hubungan perkawinan antara Kristus dan pengantin-Nya, Gereja, seperti disampaikan dalan Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Efesus. 
Gelar “Tabut Perjanjian” mengangkat peran keibuan Maria. Perlu diingat bahwa dalam Perjanjian Lama, Tabut Perjanjian adalah rumah bagi Sepuluh Perintah Allah, Hukum Tuhan. Sementara bangsa Israel dalam pengembaraan menuju tanah terjanji, suatu tiang awan, yang melambangkan kehadiran Allah, akan turun atas atau “menaungi” kemah di mana Tabut disimpan. Yesus datang untuk menggenapi perjanjian dan hukum. Dalam kisah Kabar Sukacita, perkataan Malaikat Agung Gabriel kepada Maria, “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau,” (Luk 1:35) menyatakan gagasan yang sama. Karena itu, Maria yang memberi “rumah” Yesus dalam rahimnya; adalah “Tabut” baru, dan bunda dari pelaksana perjanjian yang sempurna dan kekal.  
Bagi kita, Bunda Maria juga melambangkan pengharapan yang besar. Vatikan II menyatakan, “Sementara itu Bunda Yesus telah dimuliakan di surga dengan badan dan jiwanya, dan menjadi citra serta awal Gereja yang harus mencapai kepenuhannya di masa yang akan datang. Begitu pula di dunia ini ia menyinari Umat Allah yang sedang mengembara sebagai tanda harapan yang pasti dan penghiburan, sampai tibalah hari Tuhan.” (Lumen Gentium no. 68). Karena alasan ini Bunda Maria digelari “Bintang Timur”, karena ia melambangkan orang-orang Kristen yang menang, yaitu mereka yang bertekun dalam iman dan beroleh bagian dalam kuasa Mesianis Kristus dan menang atas kuasa kegelapan yaitu dosa dan maut. 

Gelar – gelar Maria Karena Penampakan atau Pengaruh Geografis 
Sementara gelar karena penampakan atau geografis adalah gelar yang diberikan kepada Maria karena kehadirannya di tempat-tempat tertentu, dan juga penghormatan daerah tertentu kepada Maria yang khusus daerah tersebut, bukan Gereja Katolik seluruhnya, misalnya Bunda Lourdes, Bunda Karmel, Bunda La Salette. Di sebuah paroki di Pakem, Yogyakarta ada gelar ’Kitiran Kencana’ bagi Bunda Maria.>>>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar